Tidak ada kompetitor, Kartuku mantap jalankan bisnis sistem pembayaran non-tunai di Indonesia

Elfa Putri Setyanti
Elfa Putri Setyanti
6:20 pm on October 29, 2014

kartuku-headpic

Tren membawa banyak uang tunai rasanya sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi, tren bergeser menjadi menggesek kartu, baik kartu debit maupun kredit, untuk beragam transaksi. Solusi tersebut tentunya membuat perusahaan ritel juga harus menyediakan alat untuk memudahkan pelanggannya. Tetapi itu berarti perusahaan ritel harus menyediakan beragam EDC (Electronic Data Capture) atau alat untuk menggesek kartu dan menimbulkan masalah baru.

Celah tersebut ditangani oleh Kartuku – penyedia layanan pembayaran non-tunai dengan menggunakan teknologi EDC. Perusahaan ini memberi layanan end-to-end bagi bisnis enterprise dalam menyediakan solusi pembayaran dalam satu alat.

Sejarah panjang perusahaan

Nama Kartuku telah ada di Indonesia sejak 2001 silam, tetapi awalnya perusahaan ini hanya menjual dan menyediakan EDC dan kartu bagi bank. Dengan kembalinya Niki Luhur yang merupakan lulusan dari Tufts Universty, Boston dengan predikat _Magna Cum Laude_, di tahun 2006 perusahaan ini mengambil arah baru.

Menjabat sebagai CEO dan president director Kartuku, Niki yang kala itu masih berusia 20-an merevitalisasi bisnis menjadi kreator teknologi ekosistem transaksional elektronik. Singkatnya, perusahaan akhirnya menciptakan teknologi untuk mesin EDC dengan prosesor yang dapat menerima pembayaran dari kartu bank manapun. Teknologi ini masih sangat baru di Indonesia.

Kartuku Market Share

Perubahan tersebut akhirnya membawa Kartuku pada penguasaan 31 persen dari total 800.000 EDC yang tersebar di Indonesia dan mencatat pelayanan sebanyak 50 juta transaksi di tahun 2013 lalu. Bukan hanya itu saja, dengan membawa sistem kerja seperti di Sillicon Valley, total karyawan juga merangkak naik pesat dari hanya 33 orang di tahun 2006 menjadi 388 di tahun 2014.

Jadi, seperti apa teknologi yang ditawarkan?

Kartuku - NFC at McD

Salah satu klien Kartuku, McDonalds

Mengusung konsep untuk merombak sistem pembayaran di Indonesia, Kartuku menerapkan sistem yang dapat mengamankan setiap data dari setiap transaksi dan mampu menerima berbagai kartu dari bank manapun – sistem ini disebut Unified Payment. Teknologi ini menggunakan jaringan cloud-based dengan standar internasional berupa sertifikasi PCI DSS 2.0 (Payment Card Industry Data Security Standard) dari Visa, MasterCard, AMEX, World Bank, dan regulasi dari Bank Indonesia.

Seperti telah dijelaskan di awal, Kartuku berpusat bagi enterprise yang dapat mengakomodir aneka kebutuhan end-to-end, EDC yang diterbitkan oleh Kartuku dapat pula digunakan sebagai mini ATM, e-commerce, mesin kasir, m-banking, dan yang lainnya. Artinya dengan satu mesin EDC, klien mendapat beragam manfaat yang dibutuhkan.

Baca juga: Startup ini memecahkan masalah pembayaran di Indonesia dengan menghubungkan semua bank

Rama Gutana Notowidigdo selaku CTO Kartuku pada konferensi pers yang diadakan hari ini (29/10) menyatakan alasan perusahaan memilih bisnis model seperti ini:

Memang di Indonesia sedang menjamur layanan pembayaran online seperti Doku, Dompetku dari Indosat, Ipaymu, dan yang lainnya, Kartuku ingin menjadi pionir dalam bisnis non-tunai. Pendapatan dari pembayaran online masih sangat kecil karena kebanyakan orang malas dan takut berbagi data mereka di internet. Sedangkan dengan teknologi yang dimiliki Kartuku, data akan tetap aman karena menggunakan teknologi jaringan cloud-based.

Ia juga lebih lanjut menambahkan bahwa hingga saat ini belum ada kompetitor yang menyediakan layanan seperti ini. Meski tergolong ide cemerlang, mereka memiliki masalah, yakni layanan yang masih asing di telinga para pebisnis, fungsi yang ditawarkan belum diketahui, rumitnya proses, dan sumber daya manusia yang masih sangat terbatas untuk menciptakan teknologi.

Ekosistem untuk EDC Kartuku memang telah digunakan oleh beberapa merchant besar di Indonesia, seperti Ace Hardware, McDonalds, Carrefour, Alfamart, dan lainnya yang berjumlah hingga ratusan.

Rama menjelaskan bahwa transaksi dengan kartu ini sudah menjangkau lebih dari 70 persen total transaksi di Indonesia. Sisanya adalah transaksi dengan menggunakan uang tunai.

Selain menangani pembayaran untuk berbagai merchant, Kartuku juga telah menjadi solusi branchless banking untuk bank penyedia dana jaminan pensiun, BTPN. “Dahulu para pensiun harus mendatangi kantor bank yang sangat jauh dari tempat tinggal dan lalu mengantri lama untuk mencairkan dana pensiun yang jumlahnya juga tidak banyak. Dengan Kartuku, konsumen BTPN hanya perlu mendatangi Alfamart terdekat untuk mendapat dana pensiun bulanannya,” tambah Rama.

Dengan kemudahan ini, bank hanya perlu menunjuk ritel Alfamart yang memang banyak terdapat di pelosok negeri dan tidak perlu repot membuka cabang lagi jika ingin menjangkau desa terpencil.

Rencana kedepan

usaha Kartuku untuk UKM dan startup

Usaha Kartuku untuk menjangkau bisnis kecil UKM dan startup

Sukses merangkul para enterprise di Indonesia, rencananya Kartuku juga akan menjangkau para UKM dan startup. Alasannya adalah model bisnis yang ditawarkan membuat sistem pembayaran menjadi lebih praktis dan tidak perlu repot mengklaim ke setiap bank berbeda untuk mencairkan pendapatan.

“Kartuku juga ingin menciptakan teknologi kartu dengan sistem isi ulang atau top-up untuk merchant yang membutuhkan, yang di dalamnya dapat menggaet lebih banyak konsumen dengan menawarkan beragam penawaran menarik,” tutup Rama.

(Diedit oleh Lina Noviandari)


Replies
Scroll ke bawah untuk artikel selanjutnya.