Pelajaran bisnis dari Ramadhan menurut 24 founder startup di Indonesia

Herry Fahrur Rizal
Herry Fahrur Rizal
9:00 am on July 30, 2014

Startup-thumb

Dua hari terakhir kemarin umat Islam merayakan hari raya Idul Fitri 1435 Hijriah sebagai penutup rangkaian ibadah puasa Ramadhan. Bulan Ramadhan sendiri memiliki aktivitas khusus yang berbeda dibanding dengan bulan-bulan lainnya – seperti menahan lapar dan haus hampir seharian, mengendalikan emosi-emosi negatif, ibadah ritual sholat tarawih, dan lainnya. Bukan hanya memiliki nilai-nilai religi, aktivitas khusus Ramadhan tersebut juga memiliki nilai-nilai universal yang bisa menjadi inspirasi untuk pembelajaran bisnis bagi pelaku startup.

Saya beruntung bisa memiliki kesempatan mewawancarai banyak founder dan/atau CEO startup di Indonesia. Dalam rangka Tech in Asia edisi spesial Idul Fitri 1435 Hijriah, saya mengumpulkan 24 opini para CEO dan/atau founder startup mengenai pelajaran bisnis yang mereka dapatkan dari Ramadhan sebulan lalu dalam satu artikel.

(Baca juga: 42 kisah founder di tahun 2013)

1. Lebih menahan diri dalam berbisnis

Andry Suhaili, founder dan CEO Pricearea mengatakan:

Saya pernah membaca buku tentang rahasia menjadi entrepreneur yang sukses dan salah satu rahasianya adalah “menahan diri“. Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan menurut saya juga memiliki kesamaan dengan menahan diri, dimana kita dituntut untuk berbuat lebih baik, menunda kesenangan, sabar terhadap sebuah proses, berkomitmen untuk setiap janji, dan disiplin untuk mencapai sebuah goal. Mindset ini adalah salah satu pegangan saya selama 11 tahun menjalankan startup hingga exit.

2. Belajar menahan nafsu pribadi

Pendapat dari Aulia “Ollie” Halimatussadiah, co-founder dan CTO Nulisbuku:

Di bulan Ramadhan, kita belajar menahan ego atau nafsu pribadi dan mulai melakukan lebih banyak kebaikan. Nilai-nilai ini yang juga berusaha saya tanamkan dalam mengelola startup. Startup yang saya dan teman-teman buat, didirikan dengan maksud untuk memberi manfaat sebesar-besarnya kepada sesama. Kami harapkan, dengan mempunyai purpose yang lebih besar dari ego kami, startup yang kami bangun bisa berkembang dan memberi berkah untuk semua.

3. Mendirikan startup merupakan pembelajaran tiada henti

Aqsath Rasyid, CEO NoLimit berpendapat:

Esensi dari startup adalah pembelajaran yang tidak pernah berhenti, artinya ada hal-hal baru yang kita pelajari setiap waktunya. Hal senada dirasakan dalam tiap Ramadhan, dimana selalu ada ruang untuk terus belajar dan memperbaiki ibadah kita di tiap Ramadhan. Apapun hasil yang kita dapat, pembelajaran dalam setiap aktivitas kita adalah sebuah keharusan.

4. Disiplin penting dalam mengevaluasi startup

Pendapat dari Bernardus Sumartok, CEO Tripvisto menyatakan:

Di bulan Ramadhan, umat Islam berpuasa selama 30 hari lamanya, menahan godaan hawa nafsu, kembali beribadah dan dekat dengan Tuhan. Semuanya itu tidak akan berhasil tanpa disiplin dan taat dalam menjalankannya. Demikian juga dengan startup, dengan sumber daya yang terbatas, kita berusaha mencapai kesuksesan. Tanpa disiplin menjalankan setiap hari, mustahil dapat tercapai. Disiplin di startup artinya betul-betul komitmen menjalankan apa yang seharusnya dilakukan untuk kesuksesan. Salah satu disiplin yang penting untuk startup adalah selalu melakukan evaluasi secara berkala. Sudahkan kita disiplin melakukan evaluasi tentang pencapaian startup kita? Apa yang sudah berjalan dengan baik, apa yang masih kurang dan perlu diperbaiki? Mari lebih disiplin dalam perjuangan membangun startup.

5. Kejujuran adalah modal utama dalam menjalankan startup

Pendapat dari Brimy Laksmana, founder dan direktur Kelase:

Hanya Allah SWT yang tahu betul apakah kita menjalankan ibadah puasa dengan baik dan benar sesuai petunjuk-Nya. Hal ini mengajarkan sesuatu pada kita mengenai cara menjalankan startup yaitu bahwa perlu ada kejujuran dalam menjalankan bisnis ini karena dengan itu maka akan timbul kepercayaan. Relasi bisnis hanya bisa terjadi bila ada kepercayaan dan itu adalah modal utama dalam berbisnis.

6. Perlunya ketabahan menghadapi rintangan bisnis

Calvin Kizana, founder dan CEO PicMix, berpendapat:

Saya non-muslim, namun saya melihat adanya kesamaan antara membangun sebuah startup dengan beribadah puasa, yaitu sama-sama menahan nafsu dan godaan. Tetap fokus dan tabah dalam menghadapi segala rintangan karena startup itu berada pada suatu ketidakpastian yang ekstrim dan juga di dalam suatu kondisi yang ekstrim. Dibutuhkan kesabaran, ketekunan, ketabahan, dan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak untuk suatu tujuan akhir dari sebuah startup, yaitu exit yang sukses dan merdeka baik rohani dan jasmani.

7. Harus fokus terhadap tujuan dalam menjalankan startup

Danny Oei Wirianto, co-founder dan CEO MindTalk mengutarakan:

Menjalankan startup yang baru mirip dengan menjalankan ibadah puasa. Kita harus bisa menahan diri untuk bisa fokus terhadap goal yg kita tuju dan kerja yang efisien ketika kita lapar dan haus. Startup harus bertahan dari cobaan, emosi, dan menentukan pilihan yg bijaksana.

8. Perjalanan terberat membangun startup ada di bagian awal

Pendapat dari Devi Raissa, founder dan CEO RabbitHole:

Menjalankan startup dapat diibaratkan dengan berpuasa. Sepuluh hari pertama puasa menjadi waktu yang paling sulit. Membiasakan diri melakukan hal yang jauh berbeda dengan sebelumnya, dan menahan godaan untuk mengerem makan, minum, dan hawa nafsu seperti sebelumnya. Serupa dengan membangun startup. Awalnya tentu sangat sulit. Aktivitas yang dilakukan akan sangat melelahkan (menguras waktu dan energi) dan juga membuat “puasa” secara finansial. Tak jarang, godaan untuk kembali ke kenyamanan dan kepastian yang diperoleh sebelum membangun startup datang. Namun jika berhasil bertahan, maka perjalanan membangun startup tidak akan seberat di awal-awal pendirian.

9. Berbagai inspirasi bisnis dapat muncul mulai sahur hingga lebaran

Hadi Gunawan, co-Founder dan CEO GadgetGaul, berpendapat:

Puasa banyak memberi inspirasi dalam menjalankan startup. Sahur mengajarkan untuk memiliki persiapan sebelum memulai startup. Imsak mengajarkan bahwa persiapan itu ada batas waktu, kita tidak bisa memiliki persiapan sempurna. Puasa mengajarkan kerja keras. Waktu berbuka mengajarkan kerja keras ada batasnya. Kerja keras melebihi batas tidak membuat jadi lebih produktif. Justru kita akan lebih produktif setelah menikmati hiburan dan liburan. Idul Fitri mengingatkan meski kita kerja keras, hasil akhir sebuah startup adalah hasil kerja tim. Ketupat dan opor melambangkan segala hasil positif dari startup itu harus kita syukuri bersama bukan sendirian dan tidak lupa memohon maaf satu sama lain jika ada kekhilafan dalam perjalanan startup tersebut.

10. Fokus dengan core business

Pendapat dari Hanifa Ambadar, co-founder dan CEO Female Daily menyatakan:

Puasa membuat kita untuk kembali ke fundamental, menjalani apa yang menjadi pilar penting dari agama Islam. Setiap startup pasti ada core business-nya atau pilarnya yang membuat startup tersebut spesial. Tapi, ada kalanya kita keluar dari jalur dan mengambil kesempatan lain di luar dari core business yang membuat kita jadi nggak fokus. Padahal, startup pastinya minim [sumber daya], baik itu uang maupun sumber daya manusia. Jadi dengan diversifikasi bisnis terlalu awal, akhirnya hanya akan menghasilkan sesuatu yang mediocre. Supaya startup bisa bertahan dan tumbuh pesat, pilihannya hanya satu, yaitu kembali ke fundamental dengan memperkuat core business-nya dan mempertajam apa yang menjadi kekuatannya selama ini.

11. Bersusah-susah dahulu, bersenang kemudian

Ibnu Sina Wardy, co-founder dan CEO GITS mengungkapkan:

Puasa mengajarkan kita untuk bersusah-susah dahulu dalam menjalankan startup dan terus berkarya walaupun keadaan sedang sulit. Lebaran diibaratkan kesuksesan startup di masa datang. Dan THR diibaratkan keuntungan berlipat yang akan diraih apabila tetap sabar berada di startup sampai hari kesuksesan itu datang.

12. Lebih semangat dalam mengerjakan startup!

Pendapat dari Joseph Aditya, founder dan CEO Ralali:

Di bulan Ramadhan ini meskipun saya bukan muslim, namun saya belajar untuk menghormati sesama kolega yang menunaikan puasa. Saya juga memberi kebebasan tim saya di Ralali untuk berkreasi menghias kantor dengan nuansa islami serta mengadakan acara buka puasa bersama di dalam kantor dan di luar kantor. Dengan seperti ini suasana di kantor tidak kaku dan mereka meskipun puasa namun semangat tidak turun. Saya belajar dari mereka untuk lebih semangat lagi dalam mengerjakan startup Ralali ini karena mereka yang menjalankan puasa saja kinerjanya tidak turun.

Startup-pic

(Baca juga: 7 ustad pengguna Twitter terpopuler di Indonesia)

13. Perseverance dan grit­­ dalam membangun startup

Joshua Kevin, founder Bridge Inc, berpendapat:

Dalam perjalanan membangun startup bisa diibaratkan sedang berpuasa. Kita harus menahan nafsu, dalam artian misalkan tadinya kita ketika bekerja dan mendapatkan gaji bisa membeli A, B, dan C sekarang kita harus bisa mengatur uang dengan baik. Perseverance dan grit mungkin juga bisa jadi hal yang bisa kita tarik sebagai pelajaran bisnis baik dari puasa Ramadhan maupun membangun startup ini.

14. Memperkuat branding bisnis dengan berbagi

Pendapat dari Juny Maimun, founder dan CEO Indowebster, menyatakan:

Salah satu hikmah Ramadhan adalah berbagi. Startup dengan slogan “Memberi/berbagi dan mengucapkan terima kasih” dalam setiap produknya akan menjadi buah branding yang sangat berarti dan akan mendapatkan berkah yang sangat besar untuk semuanya.

15. Pentingnya manfaat yang diberikan startup itu sendiri

Mohamad Rosihan, CEO Saqina, mengatakan:

Inti dari puasa adalah pengendalian diri, karena kelak akan menghadirkan pribadi-pribadi yang menghadirkan nilai-nilai luhur. Pribadi yang luhur adalah pribadi yang bermanfaat bagi banyak orang. Spirit untuk membangun sesuatu yang begitu ingin bermanfaat bagi orang banyak adalah spirit sebuah startup.

16. Mempertahankan soliditas tim

Pendapat dari Muhammad Ajie Santika, CEO Tinker Games:

Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk melakukan introspeksi dan memperbaiki kesalahan yang telah kita buat selama sebelas bulan sebelumnya. Oleh karena itu dalam dunia startup, manfaatkanlah momen ini untuk saling memaafkan segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak di dalam tim, serta bersama-sama menaikkan level hubungan kemanusiaan di dalam tim startup ke arah yang lebih baik dan lebih solid lagi kedepannya.

17. Startup dibuat untuk menyelesaikan masalah

Natali Ardianto, co-founder dan CTO Tiket, berpendapat:

Berpuasa sebulan penuh mengajarkan kita untuk bersabar dalam menjalankan startup seperti halnya menjalankan puasa. Tidak ada jalan pintas. Jangan berpikir bahwa mendapatkan investasi adalah tujuan akhir. Sama halnya dengan berpuasa, tujuannya bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan nafsu dan mengamalkan ibadah. Membuat startup tujuannya adalah membuka lapangan kerja, dan ultimately menyelesaikan masalah yang ada di sekitar kita.

18. Exit yang sukses sangatlah berarti secara spiritual

Pendapat dari Rama Manusama, CEO Wikasa, menyatakan:

Saya tidak puasa, karena saya non-Muslim. Tetapi, saya mengamati ada nilai universal untuk dunia startup yang bisa dipetik dari perjalanan ini. Keduanya (berpuasa dan membangun startup) sama-sama perjalanan menahan hawa nafsu sampai akhirnya mencapai hari kemenangan. Jika dalam berpuasa godaan yang ada adalah kebutuhan jasmani dan emosi negatif, dalam ber-startup godaannya adalah kembali ke karir stabil di perusahaan besar dengan gaji besar. Kemudian, lebaran sebagai hari kemenangan adalah suatu hal yang berarti secara spiritual bagi yang menjalankan puasa. Begitu juga untuk kita startup founder, mencapai exit yang sukses sangatlah berarti secara spiritual, dimana kita sebagai manusia berhasil melawan hawa nafsu untuk tujuan yang lebih mulia.

19. Startup baru sebaiknya fokus dengan satu ide bisnis

Riana Bismarak, founder dan CEO BelowCepek mengungkapkan:

Berpuasa bagi saya seperti mematikan semua aplikasi yang ada di smartphone dan hanya menggunakan aplikasi yang kita mau buka, supaya kerja smartphonenya lebih cepat. Pelajaran bisnis untuk startup adalah jangan terlalu banyak ide yang ingin dikerjakan di awal merintis usaha karena hasilnya tidak akan fokus dan kehilangan identitas diri. Simpan semua ide yang didapat dan keluarkan di saat yang tepat. Jadi kreatif itu penting, tapi kalo terlalu kreatif biasanya jadi bingung sendiri karena semua mau dikerjakan.

20. Membangun tim dalam environment yang memiliki tingkat stres cukup tinggi

Pendapat dari Ryan Gondokusumo, founder Sribu:

Environment startup yang sulit, mendorong startup untuk memiliki culture dan tim yang solid. Salah satu tantangan tersebut datang di bulan Ramadhan. Meskipun saya bukan muslim, namun saya melihat apa yang harus dihadapi beberapa tim kami yang muslim selama bulan puasa ini. Kerja di startup environment memiliki tingkat stress yang cukup tinggi dan ditambah dengan keadaan puasa dimana harus menahan rasa lapar dan haus, memang tidak mudah. Di Sribu, kami lakukan perubahan untuk jam pulang bagi yang menunaikan ibadah puasa dan melakukan acara buka puasa bersama di dalam dan luar kantor untuk memupuk kebersamaan tim. Dengan ini tim Sribu tetap semangat untuk mengembangkan perusahaan ke level selanjutnya.

21. Menjalankan startup harus selektif dalam menentukan aktivitas

R. Frianto Moerdowo, CEO JarvisStore, berpendapat:

Menjalankan puasa mirip dengan menjalankan startup dimana kita harus bisa menjaga aktivitas kita untuk selalu fit, memilih kegiatan yang benar-benar bermanfaat karena energi kita yang terbatas, sampai tiba waktu berbuka puasa dan tetap bisa bersabar serta istiqomah dalam menjalankannya, hingga tiba saatnya hari kemenangan yang dinantikan yaitu exit.

22. Harus mempunyai visi-misi

Pendapat dari Shinta W. Dhanuwardoyo, founder dan CEO Bubu menyatakan:

Puasa mengajari seseorang untuk membiasakan kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu cara menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketaqwaan yang kokoh dalam diri sebagai cita-cita, yang ini merupakan hikmah puasa yang paling utama. Kita pun dalam menjalani startup harus mempunyai sebuah visi-misi dalam diri kita agar dapat menguatkan mimpi dari cita-cita kita dan terus berusaha, tanpa pantang mundur agar bisa sukses di kemudian hari.

23. Jangan segan menemukan ide bisnis melalui berdoa

Pendapat dari Syarif Niskala, founder SmartQuran:

Aktivitas di Ramadhan lebih didominasi oleh aktivitas hati dan pikiran. Mungkin itu jadi landasan turunnya ide SmartQuran, tepatnya dua tahun lalu di penghujung Ramadhan. Jadi, bagi Anda yang ingin mendirikan startup, jangan segan meminta ide produk atau service pada-Nya di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Karena semua ide sudah diciptakan-Nya, maka mintalah ide tersebut untuk hadir di jiwa Anda.

24. Kesuksesan adalah sebuah proses

Yohanes Aristianto, founder RumahDijual, berpendapat:

Tiap hari berpuasa bisa diartikan sebagai “milestone” yang harus dilewati untuk mencapai “exit”. Sukses dalam startup merupakan sebuah proses: setiap hari mengembangkan startup kita, selalu mencapai milestone baru, sampai suatu saat kesuksesan kita raih. Sama seperti halnya puasa, setiap harinya harus dihadapi dengan persiapan yang matang serta istirahat yang cukup dan mental yang kuat. Semua perjuangan itu akan terbayar berkali lipat asalkan kita tekun menjalaninya.


Semoga pelajaran bisnis dari Ramadhan yang diungkap 24 founder dan/atau CEO startup Indonesia tadi bisa menginspirasi proses berbisnis Anda. Saya mewakili redaksi Tech in Asia Indonesia juga ingin mengucapkan: “Selamat hari raya Idul Fitri 1435 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin!

(Diedit oleh Ketut Krisna Wijaya dan Enricko Lukman)


Replies
Scroll ke bawah untuk artikel selanjutnya.