
Tampak depan Samsung Galaxy A3 Duos
Samsung boleh jadi berbangga dengan varian smartphone premium seperti Galaxy S5, Galaxy K Zoom, atau deretan seri Galaxy Note mereka yang merajai pengguna kantoran. Namun salah satu vendor yang memiliki varian sangat banyak dan mencoba menjangkau semua segmen ini hampir belum memiliki jagoan di kelas mid-end.
Bagaimanapun, belum lama ini Samsung meluncurkan Galaxy A3 yang tak lain adalah ‘adik’ dari Galaxy A5. Ditargetkan untuk kelas mid-end, akankah kali ini Samsung berhasil mencetak kuda hitam? Atau lagi-lagi harus menjadi smartphone ‘angin lalu’?
Desain

Tampak samping Samsung Galaxy A3 Duos
Bertahun-tahun, Samsung tetap bertahan dengan material plastik. Bahkan untuk seri-seri smartphone kelas atas, Samsung masih mempertahankan material tersebut. Namun sejak kemunculan Galaxy Alpha, akhirnya vendor asal Korea Selatan ini mulai berpaling ke penggunaan material metal.
Saya sendiri sebenarnya bukan seorang yang merepotkan masalah bahan plastik. Namun lebih kepada bagaimana desain keseluruhan dari perangkatnya. Lalu bagaimana dengan Galaxy A3 yang hadir dalam balutan metal ini? Pertama kali menggenggamnya, memang terasa cukup solid. Namun ternyata, untuk laki-laki bertangan besar seperti saya, Galaxy A3 mulai terasa kekecilan setelah memakainya dalam hitungan hari. Sisi positifnya, tidak perlu usaha ekstra untuk memasukkan smartphone ini ke dalam saku celana.

Tampak belakang Samsung Galaxy A3 Duos
Menggunakan desain unibody jelas membuat Galaxy A3 menjadi lebih tipis. Namun di sisi lain, ketipisan itu membuat smartphone menjadi lebih cepat panas, terlebih bila sinyal di tempat Anda kurang stabil. Untuk urusan cover belakang, Samsung yang saat masih menggunakan bahan plastik biasanya cenderung licin, kini telah dilapisi dengan material matte yang tentunya relatif lebih aman digunakan orang yang telapak tangannya kerap berkeringat seperti saya.
Sedikit catatan, bagian tepi yang dilapisi bahan chrome cenderung mudah terkelupas bila Anda kurang hati-hati saat mengeluarkan atau memasukkan ke tas atau saku. Alternatif lainnya, tentu menggunakan casing pelindung. Namun jika pilihan ini yang diambil, berarti Anda harus siap dengan body yang menjadi lebih tebal. Satu lagi, dengan digunakannya material metal, maka tidak bisa dipungkiri smartphone akan terasa lebih berat. Galaxy A3 sendiri memiliki bobot 300 gram, terasa seperti menggunakan iPhone 4s atau HTC One Mini.
Hardware & Software
Samsung Galaxy A3 Duos | |
---|---|
Prosesor | Qualcomm MSM8916 Snapdragon 410, Quadcore 1,2 Ghz |
GPU | Adreno 306 |
RAM | 1 GB |
Layar | 4,5 inci Super AMOLED 540x960p |
Kamera Depan | 8 MP |
Kamera Belakang | 5 MP |
Baterai | 2.100 mAh |
Storage | 16 GB |
Fitur Lainnya | Android 4.4 KitKat, Samsung TouchWiz |
Harga | Rp 3,5 juta |
Samsung Galaxy A3 dibekali dengan prosesor quad-core Qualcomm MSM8916 Snapdragon 410. Bukan sesuatu yang bisa dibilang istimewa, mengingat sejak tahun 2014 sudah cukup banyak smartphone kelas mid-end yang menggunakan prosesor quad-core. Namun yang lebih penting dari jumlah inti adalah sekuat apa kinerja prosesornya sendiri.
Hasil pengujian dengan Geekbench 3 menunjukkan bila kinerja single-core smartphone ini cukup mengecewakan, yakni berada di bawah Motorola Moto X dan LG Nexus 5. Lalu untuk kinerja multi-core, hasil yang didapat juga tidak menggembirakan, yakni masih berada di bawah Samsung Galaxy S4 yang sudah berumur dua tahun dan juga tertinggal di belakang LG Nexus 5.
Selain masalah prosesor yang mengecewakan, hal lain yang membuat saya bertanya-tanya adalah keputusan Samsung membenamkan RAM 1 GB di smartphone ini. Terlebih lagi dengan digunakannya TouchWiz pada Android KitKat 4.4, RAM yang tersedia menjadi hanya 470 MB saja. Hal ini tentu membuat kinerjanya menjadi sangat lambat, terlebih bila sudah menjalankan mode multitasking.
Peringkat yang didapat dari software Benchmark AnTuTu juga tidak kalah mengecewakan. Samsung Galaxy A3 harus kalah dari Asus Zenfone 5, Xiaomi MI 2, dan juga Xiaomi Redmi Note. Tentu saja smartphone ini juga kalah jauh dibandingkan sejumlah smartphone flagship yang dirilis tahun lalu seperti LG G3, HTC One, atau Google Nexus 5.
Layar & Kamera
Sejak awal terjun ke pasar smartphone, Samsung memang sudah terkenal dengan kualitas layarnya. Tak terkecuali d Galaxy A3, layar adalah salah satu yang membuat saya masih bisa tersenyum di tengah kekurangan yang disuguhkan oleh smartphone ini. Layar Galaxy A3 terbilang responsif dan dengan multi-touch yang cukup baik. Meski hanya menggunakan resolusi 540x960p, layar 4,5 inci Super AMOLED-nya masih terbilang tidak membuat sakit mata untuk menonton film atau bermain game. Sayang warna yang cukup menyegarkan ini bisa mengecoh saat Anda melakukan pengambilan gambar dengan kamera belakang. Kualitas hasil jepretan foto akan terlihat lebih jelek saat dilihat di layar komputer.
Kemampuan kamera 8 MP-nya sendiri tidak bisa dibilang istimewa, saat pengambilan gambar dengan pencahayaan cukup, hasil gambar yang didapat juga tidak terlalu tajam. Sementara pada saat dilakukan uji coba pengambilan gambar di malam hari dan ruang minim cahaya, saya tidak bisa mendapatkan gambar dengan ketajaman yang masih layak ditoleransi.
Hal yang cukup ‘menghibur’ dari smartphone ini adalah kamera depannya. Hasil yang didapat lebih dari cukup untuk para penghobi selfie. Meskipun harus diakui, tidak ada teknologi baru yang disematkan di kamera depan Samsung Galaxy A3, semisal flash. Yang tersedia hanyalah kamera berkekuatan 5 MP, sementara di tahun ini sudah cukup banyak smartphone dengan kamera depan lebih dari 5 MP.
Baterai dan suara
Seperti sudah dibahas di atas, untuk mendapatkan desain smartphone yang tipis, salah satu cara yang bisa dilakukan vendor adalah dengan memangkas kapasitas baterai. Hal yang sama juga nampaknya dilakukan Samsung di Galaxy A3. Dengan kapasitas 2.100 mAh saja, bisa dipastikan Anda harus melakukan charging setiap hari, atau bahkan bisa kurang dari sehari (tergantung pada intensitas pemakaian dan kondisi sinyal selular). Sesuai namanya, Samsung Galaxy A3 Duos memungkinkan Anda menggunakan dua SIM card pada satu perangkat, hal yang mungkin cukup bila Anda menggunakan lebih dari satu nomor, dan tentu akan berimbas pada daya tahan baterai. Diluar itu, kapasitas baterainya memang terlalu minim untuk sebuah smartphone quad-core.
Mengenai suara, yang dimaksud di sini adalah suara dari speaker bawaan smartphone. Ketika digunakan untuk menonton film atau bermain game dengan volume nyaris maksimal, suara yang dihasilkan Galaxy A3 tidak terlalu pecah. Meski begitu, rasanya ini tidak akan terlalu banyak berpengaruh karena untuk menonton film dan bermain game dalam waktu yang relatif lama, Anda pasti akan lebih nyaman menggunakan earphone.
Apakah layak dibeli?
Dari keseluruhan pengujian, maka saatnya mengerucutkan pada kesimpulan apakah Anda layak mempertimbangkan untuk membeli Samsung Galaxy A3? Dengan banderol harga Rp 3,3 juta maka jelas tidak ada alasan kuat untuk merekomendasikan smartphone ini.
Dengan kisaran harga yang sama, Anda bisa mendapatkan banyak pilihan smartphone dengan spesifikasi yang lebih baik. Untuk yang tidak sabar mencicipi sistem Android terbaru, maka Android One dengan harga di kisaran Rp 1 juta adalah opsi yang jauh lebih ekonomis untuk saat ini. Dengan banderol harga yang selisihnya lumayan, Anda juga bisa melirik phablet Xiaomi Redmi Note yang bisa ditebus dengan harga Rp 2 juta. Sementara untuk para penggemar selfie, saya lebih merekomendasikan Lenovo Livo. Meski harganya sedikit lebih mahal (Rp 3,8 juta), Anda akan mendapatkan RAM 2 GB serta layar 5 inci dengan body aluminium alloy.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan Samsung Galaxy A3 Duos
- Material body bagus dan tidak licin di tangan
- Hasil jepretan kamera depan cukup baik
Kekurangan Samsung Galaxy A3 Duos
- RAM hanya 1 GB
- Kinerja prosesor tidak memuaskan
- Kualitas hasil jepretan kamera belakang tidak istimewa
(Diedit oleh Lina Noviandari)