Nama BlackBerry dulu merupakan sebuah nama yang disegani banyak produsen smartphone, khususnya di Indonesia. Awal tahun 2008 adalah awal mereka mulai merambah pasar Indonesia melalui komunitas penggiat teknologi sebelum akhirnya menjangkau pasar umum.
Kini, BlackBerry bak seorang raja tua yang tahta kekuasaannya sudah direbut pemain smartphone lain seperti Apple dan Samsung. Nama BlackBerry pun mulai redup di tengah gempuran smartphone yang lebih pintar dan mampu mengakomodir kebutuhan para penggunanya.
Namun, BlackBerry masih belum menyerah. Setelah sebelumnya mengeluarkan smartphone yang dinamakan BlackBerry Jakarta untuk menarik simpati konsumen di Indonesia, kini BlackBerry kembali mengeluarkan smartphone terbarunya yang mempunyai bentuk tidak konvensional. Ketika smartphone lain menggunakan layar dengan rasio widescreen, BlackBerry seolah mematahkan dogma tersebut dengan membuat sebuah smartphone yang mempunyai layar persegi. Ya, persegi seperti televisi jaman dulu.
Baca juga: BlackBerry Z3, penyandang nama “Jakarta” dengan harga terjangkau (REVIEW)
Kami tidak dapat menemukan kutipan BlackBerry tentang mengapa mereka membuat smartphone dengan layar berbentuk persegi. Namun, kami akan menjelaskan perkiraan mengapa mereka melakukan hal itu di dalam review BlackBerry Passport berikut.
Desain elegan dengan kesan profesionalisme
BlackBerry Passport – sesuai namanya – mempunyai dimensi ukuran seperti sebuah passport. Pada bagian depan, Anda akan menemukan sebuah layar berukuran 4,5 inci dengan resolusi 1440x1440p. Di bawah layar tersebut, Anda akan langsung menemukan sebuah keyboard qwerty yang telah dipadatkan. Dan di bagian atasnya, Anda akan menemukan sebuah modul kamera depan dengan sensor sebesar 2 MP.
Ukuran ini bisa dibilang aneh dan nanggung. Bagaimana tidak, untuk dapat dikategorikan sebagai sebuah phablet, Passport mempunyai ukuran layar yang mungil – dikarenakan bentuknya yang kotak. Namun, untuk dikategorikan sebagai smartphone, ukurannya terlalu lebar. Saya tidak dapat menemukan kategori yang tepat untuk perangkat ini. Namun untuk konsistensi, mari kita sebut Passport sebagai sebuah smartphone.
Baca juga: 6 hal menarik tentang Motorola Nexus 6
Dimensi dan bobot yang dimiliki juga membuat penggunaan Passport dengan satu tangan menjadi sesuatu yang mustahil. Anda bisa saja mengoperasikan layar sentuh dengan satu tangan. Namun untuk melakukan kegiatan mengetik, kedua jempol tangan Anda akan sangat dibutuhkan.
Jika biasanya Anda menemukan empat baris tombol pada keyboard keluaran BlackBerry, kali ini mereka memangkasnya menjadi tiga. Semua tombol tambahan seperti “shift”, “alt”, “sym”, dan lainnya telah ditiadakan dan tombol spasi kini berada di tengah-tengah huruf “V” dan “B”. Semua tanda baca yang hilang kini dapat diakses pada layar.
Penempatan tombol keyboard yang tidak biasa ini membuat proses pengetikan menjadi sedikit tidak nyaman. Jangan salah, pengalaman menulis menggunakan keyboard BlackBerry menurut saya tetap yang terbaik di dunia dalam hal keyboard pada sebuah perangkat mobile berkat tombol-tombolnya yang terasa tactile dan memberi kesan ‘klik’ yang nyata. Namun penempatan tombol-tombol ini terasa canggung. Saya seringkali salah menekan tombol pada baris terakhir yang terdapat tombol spasi ini.
Baca juga: 7 smartphone Android murah dengan keyboard QWERTY
Pada bagian atas, terdapat sebuah port headphone dan tombol Power/Standby. Di bagian kanan, Anda akan menemukan tombol cepat untuk mengakses BlackBerry Assistant – Siri, Google Now, atau Cortana versi BlackBerry – yang diapit oleh tombol volume up dan volume down. Sementara itu, di bagian bawah, Anda akan menemukan sebuah port untuk melakukan pengisian daya dan dua buah speaker yang menghasilkan suara stereo kencang.
Di bagian belakang, Anda akan menemukan sebuah kamera dengan sensor sebesar 13 MP dan lampu flash. Di atas kamera itu, Anda dapat membuka cover kecil yang akan memperlihatkan slot untuk memasukkan kartu nano SIM dan microSD. Dan karena BlackBerry menggunakan tipe baterai non-removable, Anda tidak akan bisa mengganti baterai sendiri.
Material utama smartphone ini adalah plastik matte. Dengan pengecualian rangka di sekeliling bagian samping menggunakan bahan metal yang lumayan tebal. Efek dari rangka metal tersebut adalah bobot smartphone yang menjadi berat. Bobot yang berat ini juga menjadikan Passport terasa kokoh ketika digenggam.
Hardware mumpuni khas smartphone flagship
Passport | |
---|---|
Prosesor | Qualcomm MSM8974AA Snapdragon 801 Quad-core 2.26 GHz Krait 400 |
GPU | Adreno 330 |
RAM | 3 GB |
Layar | 4,5 inci 1440x1440p |
Kamera Depan | 2 MP |
Kamera Belakang | 13 MP, autofokus, digital image stabilisation, HDR, kemampuan merekam video 1080p 60fps |
Baterai | 3.450 mAh |
Storage | 32 GB (terpotong partisi sistem) |
Fitur lainnya | BlackBerry OS 10.3, BlackBerry Blend, capacitive keyboard |
Harga | Rp 7.200.000 (konversi) Rp 11 juta hingga 15 juta (distributor non resmi) |
BlackBerry Passport adalah sebuah smartphone flagship dari BlackBerry. Wajar jika mereka menyematkan berbagai spesifikasi tertinggi pada smartphone ini. Tercatat sebuah prosesor Snapdragon 801 yang mempunyai empat inti pemrosesan – atau lebih dikenal dengan istilah quad core – dan dipacu pada kecepatan 2,26 GHz, chip grafis Adreno 330, serta modul RAM sebesar 3 GB dibenamkan ke dalam smartphone yang menggunakan sistem operasi BlackBerry OS 10.3 ini.
Dengan spesifikasi tersebut, sistem operasi yang digunakan terasa sangat gegas dan responsif. Ketika beberapa lama menggunakan Passport, saya tidak pernah menemukan sedikitpun lag dan kendala dalam hal responsivitas. Bahkan ketika menjalankan aplikasi Android.
Ya, Anda tidak salah baca. Aplikasi Android di dalam sistem operasi BlackBerry. Selebihnya mengenai hal ini ada di bagian software.
Baca juga: 8 aplikasi Android buatan Indonesia yang perlu Anda coba
Seperti yang telah disebutkan di atas, keyboard yang terdapat pada BlackBerry Passport mempunyai susunan tombol tiga baris. Namun, keistimewaan tersebut tidak berhenti sampai disana, BlackBerry menyematkan sebuah inovasi ke dalam keyboard mereka ini. Sebuah kemampuan layaknya layar sentuh. Dengannya, Anda dapat menggunakan keyboard untuk melakukan gesture scrolling sederhana. Anda juga dapat melakukan penghapusan kata ketika sedang menulis dengan melakukan gesture swipe ke arah kiri.
Ketika Anda sedang mengetik, mungkin meraih layar menggunakan jempol Anda merupakan sebuah gerakan yang merepotkan. BlackBerry memberi sebuah solusi dengan menghadirkan fitur touch keyboard ini. Meskipun pada awalnya akan sedikit canggung, namun ketika Anda sering menggunakan Passport, Anda akan mulai terbiasa dan mungkin – seperti saya – akan menemukan enaknya menggunakan fitur ini.
Layar yang digunakan mempunyai resolusi yang tinggi. Alhasil, tampilan akan terasa sangat tajam berkat kerapatan piksel 453ppi yang dimiliki, terutama ketika menonton sebuah video HD. Satu hal lucu mengenai bentuk layar ini adalah ketika Anda menonton sebuah video dengan rasio widescreen, Anda akan mendapatkan bagian berwarna hitam di atas dan bawah video, yang jika digabungkan, mempunyai dimensi lebih besar daripada video itu sendiri.
Baca juga: BlackBerry Passport, smartphone ‘kotak’ dengan keyboard QWERTY inovatif
Untungnya, layar ini mempunyai keunggulan di bidang lainnya: membaca. Ketika digunakan membaca, saya merasa sangat nyaman dan mata tidak cepat terasa lelah. Mungkin hal tersebut didasari oleh fakta bahwa Passport memiliki ukuran layar yang lebar dan memudahkan saya untuk membaca teks secara berkesinambungan.
Software pintar tanpa dukungan ekosistem yang mumpuni

Tampilan BlackBerry App World (kiri) dan Amazon App Store (kanan)
Smartphone ini menggunakan BlackBerry OS versi 10.3 sebagai sistem operasinya. Satu hal yang patut digaris bawahi mengenai sistem operasi ini adalah bagaimana BB OS 10.3 ini dapat menjalankan aplikasi Android secara native tanpa kendala berarti. Versi sebelumnya juga memang mempunyai fitur ini. Namun, pada versi 10.3, BlackBerry membawa kompatibilitas ini ke tingkat yang lebih jauh dengan menghadirkan toko aplikasi Android Amazon App Store pada BlackBerry Passport.
Amazon App Store adalah sebuah toko aplikasi yang dibuat oleh Amazon, website ecommerce terbesar di Amerika Serikat. Amazon membuat toko aplikasi ini untuk melengkapi ekosistem pada perangkat tablet Kindle dan smartphone Firephone milik mereka. Seperti yang telah banyak diketahui, Amazon memproduksi sebuah tablet dan smartphone yang ditenagai oleh sistem operasi Android yang telah dimodifikasi dan dinamakan Fire OS.
Baca juga: Bosan dengan Google Play? Coba 4 toko aplikasi Android di Indonesia ini!
Hal ini merupakan sesuatu yang sangat besar dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. BlackBerry mempunyai sebuah portal pihak ketiga untuk membantu mengkurasi aplikasi Android yang kompatibel dengan BlackBerry Passport, dan Amazon mendapatkan konsumen potensial dari kalangan profesional pengguna setia BlackBerry yang tidak ragu untuk menghamburkan uang mereka dengan membeli layanan di dalam Amazon App Store.
Lalu, bagaimana dengan aplikasi Android yang berjalan di sistem operasi ini? Jawabannya adalah “lancar”. Anda tidak akan merasakan perbedaan antara smartphone Android dan BlackBerry Passport ketika menjalankan aplikasi Android – kecuali mungkin ukuran layarnya yang notabene berbentuk persegi. Amazon App Store melakukan pekerjaan yang baik dengan memilah aplikasi mana yang kompatibel atau tidak.
Sayangnya, banyak aplikasi Android terkenal tidak terdapat di dalam toko aplikasi ini. Ketika saya mencari aplikasi Path misalnya, Amazon tidak memberi hasil pencarian yang diharapkan. Hal serupa terjadi lagi ketika saya mencari aplikasi Instagram. Untuk mensiasati masalah ini, Anda dapat menginstall toko aplikasi Android lainnya (sayangnya ketika dicoba menginstall Google Play, Passport menolak memasang aplikasi ini dengan memberi notifikasi “could not install this app”). Namun, toko aplikasi tersebut tidak dapat menjamin apakah aplikasi yang Anda inginkan kompatibel atau tidak.
Kekurangan aplikasi Android di dalam sistem operasi ini adalah sistem notifikasi. Beberapa aplikasi gagal memberi saya notifikasi secara real time. Bahkan beberapa ada yang gagal menampilkan notifikasi sama sekali.
Lalu, bagaimana dengan portal aplikasi native Blackberry yang dinamakan App World? Jujur saja, siapa yang menggunakan platform ini untuk memasarkan aplikasinya? Jangankan memasarkan, ekosistem aplikasi BlackBerry tidak cukup besar bagi para developer untuk mencari nafkah di sana. Meskipun demikian, BlackBerry tetap menyertakan App World pada Passport.
Baca juga: 8 aplikasi Indonesia yang harus Anda download untuk BlackBerry 10 Anda
Sayangnya, Anda pasti akan merasa jengkel dengan aplikasi ini. Ketika saya membuka App World, Passport sering mengalami crash. Hanya pada aplikasi ini saja. Oleh karena itu, penggunaan toko aplikasi Android merupakan keputusan yang sangat tepat.
Fitur lainnya adalah BlackBerry Assistant yang mempunyai fungsi sama seperti Siri dari Apple, Google Now dari Google, dan Cortana dari Microsoft. BlackBerry Assistant dapat melakukan pencarian restoran, mengirim SMS, mengirim pesan BBM, melakukan panggilan telepon, dan mengirim email. Selain itu, Anda menanyakan berbagai hal yang nantinya akan berujung pada pencarian pada website penyedia informasi Wolfram Alpha. Ketika dicoba, BlackBerry Assistant dapat menangkap perintah suara saya dengan cukup baik. Delapan dari 10 kali percobaan berhasil dimengerti.

Mengirim SMS menjadi lebih mudah berkat BlackBerry Assistant
Untuk bernavigasi di dalam BlackBerry Passport, Anda perlu melakukan beberapa gesture yang asing dan membingungkan. Untuk menutup aplikasi misalnya, Anda harus melakukan swipe dari bawah layar ke arah atas. Untuk mengakses notifikasi, Anda dapat melakukan swipe ke arah kanan dari homescreen, atau jika sedang berada di dalam sebuah aplikasi, Anda harus swipe dari bawah layar lalu di tengah-tengah melakukan swipe ke kanan.
Gesture ini meskipun terlihat futuristik. Namun sangat merepotkan. Apalagi jika Anda sudah terbiasa dengan navigasi di dalam Android dan iOS yang sangat intuitif. Satu hal lagi, Ketika Anda swipe dari atas layar ke arah bawah, Anda akan menemukan pilihan toggle untuk menyalakan dan mematikan beberapa pengaturan seperti wifi dan bluetooth.

Anda perlu melakukan swipe ke arah kanan dari layar homescreen untuk masuk ke dalam BlackBerry Hub
Fitur notifikasi meskipun merepotkan untuk diakses namun sangat berguna ketika digunakan. Dalam panel notifikasi, Anda akan mendapatkan semua notifikasi dari semua aplikasi dalam satu tampilan. Ini merupakan sesuatu yang sangat saya suka karena saya hanya perlu melihat satu kali saja untuk memeriksa semua pesan yang saya dapatkan baik itu SMS, email, BBM, dan Whatsapp. Fitur yang dinamakan BlackBerry Hub ini adalah alasan mengapa perangkat BlackBerry identik dengan produktivitas.
BlackBerry Blend

Tampilan BlackBerry Blend di layar PC
Saya merasa fitur BlackBerry Blend pantas mendapatkan bagian tersendiri di dalam review ini. BlackBerry Blend adalah sebuah fitur yang memungkinkan Passport dan PC/Mac yang Anda miliki terhubung satu sama lain. Dalam artian, Anda dapat menggunakan berbagai fitur yang ada dalam Passport pada interface PC/Mac Anda.
Melalui fitur ini, Anda dapat membaca dan mengirim SMS, pesan BBM, email, melihat daftar kontak, dan mengirim file dengan mudah antara PC/Mac dan Passport. Untuk dapat terhubung, Anda dapat menggunakan kabel data atau kedua perangkat menggunakan jaringan wifi yang sama.
Fitur ini sangat membantu khususnya ketika Anda sedang fokus bekerja di depan komputer dan tidak ingin kehilangan konsentrasi ketika muncul notifikasi pada Passport. Anda dapat membalas notifikasi dengan mudah tanpa harus mengalihkan pandangan dari layar monitor komputer.
Saya pikir fitur ini akan lebih berguna jika Anda tidak memerlukan kabel data atau kedua perangkat dalam jaringan yang sama untuk dapat tersambung satu sama lain. Mungkin ke depannya BlackBerry dapat menyediakan sebuah infrastruktur cloud yang dapat menghubungkan Passport dengan PC/Mac selama kedua perangkat tersebut sama-sama tersambung ke internet.
Kamera dengan rasio foto yang aneh
BlackBerry Passport menggunakan kamera belakang dengan ukuran sensor sebesar 13 MP. Hal yang menarik adalah, hasil foto Anda secara default akan mempunyai rasio persegi. Well ini mungkin hal yang sangat bagus bagi para penggemar aplikasi Instagram. Anda tidak akan perlu memotong gambar menjadi persegi sebelum melakukan posting. Kabar buruknya adalah, tidak ada aplikasi Instagram di App World maupun Amazon App Store.
Untungnya BlackBerry menyediakan pengaturan untuk mengubah rasio ini. Selain rasio persegi 1:1, Anda akan mendapatkan dua pilihan lainnya yaitu 4:3 dan 16:9. Kualitas yang ditawarkan cukup baik. BlackBerry Passport sanggup menghasilkan foto dengan warna yang cerah dan tidak kusam. Kameranya pun dapat menyesuaikan pengaturan berdasarkan pencahayaan yang ada ketika Anda sedang memotret.
Dukungan HDR pun dimiliki smartphone ini. Selain itu, Anda akan mendapatkan fitur seperti Burst untuk mengambil beberapa foto sekaligus, Panorama untuk mengambil foto pemandangan secara panorama, dan Time Shift. Fitur terakhir memungkinkan Anda untuk mendeteksi wajah subyek ketika melakukan pemotretan portrait dan memilih ekspresi terbaik wajah subyek tersebut ketika Anda selesai memotret.
Berkat fitur Time Shift, nantinya ketika Anda mengambil foto grup, tidak akan ada satu wajah yang tertutup matanya. BlackBerry Passport dapat mengenali ketika ada wajah di dalam viewfinder dan menawari Anda apakah ingin menggunakan fitur Time Shift ini atau tidak.
Untuk mengakomodir panggilan video – dan tentunya selfie, BlackBerry menyertakan sebuah kamera depan dengan sensor sebesar 2 MP. Hasil kamera ini cukup mengecewakan karena kualitas yang dihasilkan terlihat agak gelap terutama ketika sedang berada di ruangan dengan cahaya yang minim.
Saya senang mengambil video. Dan BlackBerry Passport mampu memuaskan saya dalam hal pengambilan video itu. Passport mendukung pengambilan video dengan kualitas HD 1080p dalam kecepatan 60 frame per detik (fps). Hasil video HD terlihat sangat tajam.
Hal ini berbanding terbalik dengan kualitas kamera smartphone pendahulunya. BlackBerry selama ini dikenal memproduksi smartphone dengan kualitas kamera yang biasa-biasa saja. Nampaknya hal itu sedikit demi sedikit mulai dibenahi oleh BlackBerry dimulai dari Passport.
Baik pengambilan foto dan video kini menggunakan fitur Digital Image Stabilisation sehingga dapat mengurangi risiko hasil foto dan video dari goyangan tangan yang tidak disengaja. Meskipun belum menggunakan Optical Image Stabilisation, namun hal ini cukup untuk melakukan pengambilan gambar sehari-hari.
Berikut hasil foto yang diambil menggunakan kamera BlackBerry Passport:
Kesimpulan
BlackBerry Passport memang belum rilis resmi di Indonesia, namun banyak distributor tidak resmi yang mulai menjual smartphone ini dengan banderol harga berkisar mulai dari Rp 11 juta hingga Rp 15 juta. Di Amerika sendiri, BlackBerry Passport dijual dengan harga USD 600 atau sekitar Rp 7,2 juta. Namun, tanggal pasti rilis di Indonesia masih belum dapat dipastikan.
Melihat kenyataan tersebut, apakah banderol harga Rp 11 juta sanggup dibenarkan dengan kualitas yang dimiliki BlackBerry Passport? Jawabannya adalah tidak. Dengan harga tersebut, Anda bisa mendapatkan lebih dari apa yang ditawarkan Apple melalui smartphone iPhone 6 Plus mereka. Bagaimana dengan kisaran harga konversi Rp 7,2 juta? Maaf, tapi saya akan tetap bilang tidak. Jika dilihat dari manfaat yang akan Anda dapatkan dengan mengeluarkan dana sebesar itu, smartphone Android lain mampu memberi Anda jauh lebih banyak keuntungan dibandingkan BlackBerry Passport. Namun, nampaknya hal ini tidak akan terlalu berpengaruh pada para crackberry – sebutan bagi para pecinta BlackBerry – dan kalangan profesional yang sudah identik dengan brand BlackBerry untuk menemani mereka sehari-hari. Lebih tepat dikatakan bahwa perangkat ini akan mempunyai pasar niche yang lumayan kuat.
Faktor ekosistem sistem operasi BlackBerry yang memperkuat pernyataan saya ini. Selama saya menggunakan smartphone ini, saya merasa seperti menggunakan smartphone murah yang tidak mampu melakukan apapun, bahkan untuk sekadar melakukan posting di Path. Tidak ada aplikasi streaming musik seperti Rdio yang berfungsi dengan baik – kecuali SoundCloud, tidak dapat men-download menggunakan aplikasi uTorrent, dan lain sebagainya.
Satu-satunya yang bisa dibanggakan BlackBerry mungkin adalah keyboard yang dimiliki oleh Passport. Pengalaman menggunakan keyboard ini membuat saya senang membalas pesan dan email pada perangkat mobile. Membalas pesan BBM kini bukanlah sebuah hal yang merepotkan namun menyenangkan berkat keyboard ini.
Kelebihan
- Keyboard qwerty yang tidak mempunyai tandingan
- Build quality yang kokoh
- Hasil video 1080p 60fps berkualitas tinggi
Kekurangan
- Buruknya ekosistem aplikasi native BlackBerry
- Banyak aplikasi Android yang tidak kompatibel
- Hasil kamera depan yang agak gelap
- Navigasi yang canggung dan merepotkan
(Diedit oleh Enricko Lukman)