Business Failed | Featured

90% Bisnis/Startup Gagal, Ini Salah Satu Cara Agar Kamu Tak Ikut Mengalaminya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Persentase yang kamu baca pada judul di atas tidak keliru, dan memang itulah faktanya. Profesor Thomas R. Eisenmann dari Havard Business School juga menjabarkan hal serupa. Ia mengatakan bahwa bisnis rintisan atau startup kebanyakan berujung pada kegagalan.

Sang profesor juga membeberkan alasan di balik kegagalan tersebut. Salah satu penyebab utamanya adalah banyak pelaku bisnis membuat produk yang salah.

Mereka gagal menyadari bahwa produk yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini membuat para pelaku bisnis menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk sebuah produk yang tak diinginkan, hingga pada akhirnya terpaksa gulung tikar.

Analisis terhadap 101 bisnis/startup yang dilakukan CB Insights bahkan menemukan hal sama. Penyebab utama kegagalan startup adalah tidak ada kebutuhan pasar untuk produk yang diciptakan startup tersebut.

Di samping itu, ada beberapa penyebab lain, di antaranya: tidak memiliki komposisi tim yang tepat, atau strategi harga yang tidak bisa bersaing. Lebih lengkapnya kamu bisa melihat pada grafik di bawah ini.

Perlu kamu ketahui bahwa ketiadaan pasar, seperti yang tampak pada grafik di atas, bukan berarti sama sekali tidak ada peluang bagi bisnismu. Menentukan waktu yang pas untuk memulai bisnis adalah hal yang juga sangat mempengaruhi keberhasilan kamu.

Pasar mungkin tidak akan membutuhkan model bisnis seperti Airbnb jika produk itu diluncurkan tahun 1990-an. Airbnb bisa sesukses sekarang karena diluncurkan pada waktu yang tepat. Penjelasan lebih lanjut bisa kamu simak pada video di bawah ini.

Lalu bagaimana?

Menurut Profesor Eisenmann, salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan konsep lean (ramping) ketika menjalankan sebuah bisnis. Kamu tidak perlu “menginjak pedal gas” penuh ketika baru memulai bisnis, menggelontorkan semua sumber daya untuk langsung meluncurkan sebuah produk yang sempurna.

Sebaliknya, gunakan sumber daya milikmu untuk meluncurkan produk inti yang ingin kamu tawarkan terlebih dahulu. Peluncuran dilakukan dalam waktu relatif cepat, atau yang biasa kita kenal dengan istilah Minimum Viable Product (MVP).

Setelah itu, segeralah uji produk yang kamu tawarkan ke pasar. Dapatkan tanggapan dari pengguna. Apakah produk yang kamu tawarkan bisa diserap dengan baik?

Jika produk kamu belum bisa memberikan jawaban yang tepat untuk masalah di pasar, sebaiknya jangan “menginjak gas” untuk mulai membesarkan bisnis kamu. Tetaplah ramping.

Beberapa contoh kasus startup gagal yang pernah dilaporkan oleh Tech in Asia antara lain:

Apa yang bisa kamu lakukan?

Jika kamu memulai dengan MVP, waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan berkisar 3-5 bulan. Meski menghabiskan waktu selama itu, belum tentu konsumen akan menyukai produk yang kamu tawarkan.

Untungnya sekarang kamu bisa memanfaatkan sebuah metode yang cukup murah dan cepat untuk membuktikan terlebih dahulu apakah ide produk bisa diterima dengan baik oleh konsumen. Metode tersebut bernama Design Sprint.

Design Sprint dipopulerkan oleh Jake Knapp dari Google Venture. Melalui Sprint, kamu bisa melakukan validasi ide atau produk hanya dengan lima hari kerja saja!

Dengan Design Sprint, kamu akan diajak untuk langsung membuat solusi nyata bersama-sama dengan menelurkan sebuah prototipe. Di akhir sesi dari Sprint, kamu akan menguji prototipe tersebut langsung kepada para pengguna dan menerima umpan balik dari mereka.

Kamu dapat langsung mengetahui apakah ide atau prototipe kamu bisa diterima oleh para pengguna, atau malah ditolak oleh mereka. Jika ide tersebut tidak berhasil pun, setidaknya kamu bisa mengulang proses Design Sprint dengan membawa bekal yang sangat berharga: tanggapan dari pengguna. Toh proses ini hanya memakan waktu satu minggu.

Kami di Tech in Asia sangat merasakan manfaat dari Design Sprint. Beberapa keuntungan yang sudah kami rasakan antara lain:

  • Hasil nyata berupa prototipe,
  • Mendapatkan umpan balik dari pengguna,
  • Fokus untuk menyelesaikan masalah,
  • Semua keputusan yang diambil sudah melalui tahap diskusi matang sehingga menghindarkan dari bias,
  • Produktif, dan
  • Masih banyak lainnya.

Jika kamu tertarik untuk mempelajari lebih lengkap mengenai Design Sprint, kamu bisa klik tombol di bawah ini. Semua materi yang kamu butuhkan telah kami rangkum dan sudah didesain agar bisa langsung kamu praktikkan sendiri.

Business Failed | Featured