10 Langkah dalam Melakukan Usability Testing untuk Produk Kamu
Comments
  • Premium Content
    It takes our newsroom weeks - if not months - to investigate and produce stories for our premium content. You can’t find them anywhere else.
Ditulis oleh Dwinawan Hariwijaya ·

10 Langkah dalam Melakukan Usability Testing untuk Produk Kamu

Andi sedang membuat desain aplikasi belanja online khusus tanaman organik. Ia sedang membuat lingkaran berwarna hijau, lalu menaruh ikon “plus” di atasnya.

Andi memperkirakan, user akan mengerti bahwa itu adalah tombol untuk menambah atau menjual produk baru. Tapi Andi belum yakin akan hal itu.

Itu sebabnya, sebelum desain masuk ke tahap development atau coding, Andi akan melakukan usability testing terlebih dahulu, untuk mencari tahu apakah desain yang ia buat sudah mudah dipahami atau belum.

Sebelumnya, Andi kembali mengingatkan dirinya tentang apa itu usability testing.

Usability Testing adalah cara untuk mengevaluasi sebuah produk atau jasa dengan cara mengujinya kepada calon pengguna. Umumnya, selama pengujian, pengguna akan mencoba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, sementara pemilik produk akan mengamati, mendengar, dan mencatat temuan.

Tujuan dari usability testing adalah mencari permasalahan kegunaan, mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif, serta menentukan kepuasan pengguna dengan produk tersebut.

Berikut adalah persiapan yang dilakukan Andi sebelum melakukan usability testing:


Menentukan apa yang akan dites

Andi ingin mencari tahu apakah user bisa dengan mudah menambah produk. Maka, Andi akan menguji atau melakukan usability testing pada fitur Add Product.


Mempersiapkan prototipe

Prototipe adalah bentuk awal dari sebuah produk dengan fungsi yang belum lengkap. Prototipe ini digunakan untuk mencari tahu respons dari calon pengguna.

Prototipe yang akan Andi siapkan kali ini berasal dari kumpulan screen (layar) yang telah ia buat.

Karena Andi ingin menguji fitur Add Product, maka Andi menyiapkan prototipe untuk fitur tersebut. Kamu juga bisa mencoba prototipe buatan Andi di bawah ini. Dalam pembuatan prototipe ini, Andi menggunakan MarvelApp.com.


Mempersiapkan skenario

Proses usability testing bukan sebuah proses yang hanya menunjukkan desain lalu bertanya kepada user: “kira-kira untuk menambah produk, harus pencet mana ya?”

Karena jika Andi bertanya seperti itu kepada user, maka user akan mencari elemen atau teks yang mengandung unsur tambah. Secara tidak langsung, pertanyaan tersebut memberi petunjuk kepada user dan membuat hasil usability testing menjadi tidak valid.

Itu sebabnya, Andi perlu mempersiapkan skenario yang berperan agar user terkondisikan di situasi sehari-hari  dan memahami masalah atau kondisi yang sedang dihadapi. Berikut adalah skenario yang telah Andi buat:

Kamu adalah seorang penjual buah dan akan menjual anggur (grape). Kamu akan menjual anggur dalam takaran kilogram. Kamu akan menjual anggur dengan harga Rp75.000/ kg. Silakan menggunakan aplikasi ini untuk menjual anggur kamu.

Nantinya, Andi akan menyampaikan skenario ini kepada user sebelum melakukan usability testing. Setelah user mengerti dengan skenario yang telah diberikan, barulah user mencoba prototipenya.


Mencari siapa yang akan dites

Andi menentukan siapa yang akan menggunakan aplikasi ini. Setelah berdiskusi dengan anggota tim, akhirnya mereka mendapat perkiraan kriteria pengguna aplikasi seperti di bawah ini:

  • Pria/ wanita
  • Berumur 23–40 tahun
  • Familier dengan smartphone

Kriteria tersebut memudahkan Andi untuk mencari siapa yang akan dimintai tolong untuk mencoba prototipenya. Persiapan telah selesai. Kini Andi tinggal melakukan usability testing.


Mempersiapkan tempat untuk melakukan testing

balik modal startup - ilustrasi kedai kopi

Sumber: Pexels

Andi tahu bahwa tempat paling ideal untuk melakukan usability testing adalah sebuah ruangan yang hanya berisikan dirinya dan tester. Dengan menggunakan ruangan seperti itu, Andi bisa lebih leluasa mengobrol dengan tester tanpa ada gangguan suara orang lain atau kendaraan.

Tapi, sayangnya, Andi tidak memiliki ruangan seperti itu. Maka ia mencari kafe yang nyaman untuk mengobrol dan tidak terlalu berisik.


Mempersiapkan perekam

Andi bisa saja melewatkan beberapa hal kecil saat melakukan usability testing, seperti ucapan atau gerak tangan tester saat mencoba prototipe. Maka, ia pun menyiapkan perekam.

usability testing | ilustrasi 1

Sumber: Insight Design

Dengan merekam proses usability testing, Andi berharap bisa lebih detail mengetahui bagaimana si tester menggunakan prototipenya, di bagian mana ia akan mengeklik dan sebagainya. Hal-hal detail seperti ini bisa menjadi masukan penting untuk proses iterasi desain berikutnya.


Membuat success metrics

Dalam usability testing kali ini, Andi hanya menggunakan completion rate sebagai success metrics. Andi ingin mencari tahu di halaman mana saja user merasa kesulitan memakai desain yang ia buat.

usability testing | ilustrasi 2

Sumber: Insight Design

Apa itu Step 1, 2, 3, 4, 5? Jika kamu mencoba prototipe buatan Andi, di sana ada lima halaman yang harus kamu lalui.

usability testing | ilustrasi 3

Sumber: Insight Design

Andi kemudian membuat tabel Step 1, 2, 3, 4, 5 untuk memetakan di tahapan mana tester merasa kesulitan. Jika tester sangat lancar melewati tiap tahapannya, maka Andi akan memberi nilai hijau yang berarti lancar. Sementara kuning untuk tester yang cukup lama, dan merah untuk tester yang sama sekali tidak mengerti bagaimana melanjutkan ke halaman selanjutnya.


Menyiapkan hadiah untuk tester

Andi hampir siap untuk melakukan usability testing. Dan ia merasa perlu untuk memberikan hadiah karena para tester telah meluangkan waktunya untuk datang dan melakukan usability testing. Andi berencana memberikan pulsa senilai Rp100.000 untuk masing-masing tester.


Menyampaikan skenario

Kali ini Andi menyampaikan skenario kepada tester sebelum tester mencoba prototipe. Harapannya, agar si tester lebih fokus terhadap skenario yang disampaikan.

Berikut ini adalah kata-kata Andi saat menyampaikan skenario kepada tester:

“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Mbak Sinta, yang telah menyempatkan waktu untuk menjadi tester prototipe yang sedang saya buat. Sebelum mencoba prototipe, saya akan menyampaikan skenarionya. Mohon untuk dipahami:”

Kamu adalah seorang penjual buah dan akan menjual anggur (grape). Kamu akan menjual anggur dalam takaran kilogram. Kamu akan menjual anggur dengan harga Rp75.000/ kg. Silakan menggunakan aplikasi ini untuk menjual anggur kamu.

Setelah tester mengerti dengan skenario yang diberikan, Andi lalu memberikan prototipe kepada tester untuk mencobanya.

usability testing | ilustrasi 4

Sumber: Insight Design


Mempersilakan tester mencoba prototipe

Sebelum tester mencoba prototipe, Andi meminta tester untuk mengatakan apapun yang dirasakannya saat mencoba prototipe. Hal ini bertujuan agar Andi mengetahui perasaan tester, entah itu perasaan bingung, mengerti, dan sebagainya.

Beberapa saat setelah tester mencoba prototipe, Andi melihat tester cukup lama berada di langkah ketiga, yakni saat mengunggah foto.

usability testing | ilustrasi 5

Sumber: Insight Design

Setelah beberapa menit merasa kebingungan, akhirnya tester bertanya kepada Andi.
Tester : “Mas, saya bingung untuk cara selanjutnya. Caranya bagaimana ya?”
Andi : “Kalau menurut kamu sendiri bagaimana?”
Tester: “Tidak tahu, Mas.”

Andi: “Seandainya ini bukan prototipe dan kamu sedang menggunakan aplikasi ini, tapi tidak tahu caranya untuk melanjutkan, kira-kira apa yang akan kamu lakukan?”
Tester: “Ya, pastinya saya akan melakukan uninstall aplikasi ini, Mas, karena sulit digunakan.”
Andi: “Oke, Mbak.”

Setelah itu Andi mengakhiri sesi usability testing dengan tester pertamanya. Ia pun bertanya kepada tester.

Andi: “Kenapa kamu tadi bingung di langkah ketiga?”
Tester: “Bingung sih, harus pencet yang mana.”
Andi: “Apakah perintahnya kurang jelas?”
Tester: “Perintahnya sih jelas. Saya disuruh untuk mengunggah foto. Tapi, kok ikon kameranya nonaktif? Jadi bingung harus pencet yang mana.”

Dari situ Andi tahu apa yang membuat tester bingung. Sebelum tester meninggalkan tempat usability testing, Andi memberikan voucer pulsa senilai Rp100.000 kepada tester pertamanya.

Kenapa Andi langsung mengakhiri sesi usability testing padahal tester belum menyelesaikan skenarionya?

Karena tester merasa kesulitan dan tidak tahu bagaimana melanjutkan ke tahap berikutnya. Ia bahkan sampai bertanya kepada Andi. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa tester pertama merasa bingung dengan desain di langkah ketiga.

Kalau begitu, kenapa Andi tidak menjawab pertanyaan tester agar tester bisa melanjutkan ke halaman berikutnya?

Jika Andi memberi tahu caranya, maka hasil usability testing menjadi tidak valid. Usability Testing bertujuan untuk mencari tahu di mana kebingungan user dan apa yang akan dia lakukan jika mengalami kebingungan tersebut.

Setelah melakukan usability test dengan tester pertama, Andi kemudian mengisi tabel Completion Rate yang telah dibuat sebelumnya.

usability testing | ilustrasi 6

Sumber: Insight Design

Untuk tester pertama, Andi memberikan poin hijau pada langkah pertama dan kedua, karena tester cukup cepat saat berada tahap tersebut. Tester tidak kebingungan dan tahu harus memencet bagian mana untuk mengisi form serta untuk melanjutkan ke halaman berikutnya.

Tapi pada langkah ketiga, Andi memberikan poin merah. Karena tester bingung cara melanjutkannya.

Setelah itu, Andi kembali melakukan usability testing dengan tester berikutnya. Setelah semua tester selesai melakukan usability testing, tabel Completion Rate yang Andi buat pun telah terisi penuh.

usability testing | ilustrasi 7

Sumber: Insight Design

Dari data di atas, Andi menyimpulkan bahwa tester kesulitan saat berada di langkah ketiga atau halaman ketiga. Ada tiga orang tester yang sama sekali tidak mengerti apa yang harus dilakukan di tahap tersebut. Selain itu, ada dua orang tester yang membutuhkan waktu lama untuk bisa melalui tahapan ketiga.

Andi mengamati, bahwa para tester kebingungan untuk mengunggah foto karena tidak adanya elemen yang jelas di halaman ketiga. Pada halaman ketiga tersebut, Andi mendesain ikon kamera dan tombol berwarna abu-abu. Akibatnya, kebanyakan tester mengira ikon tersebut tidak bisa diklik.

usability testing | ilustrasi 8

Sumber: Insight Design


Iterasi

Setelah usability testing ini, Andi tahu apa yang harus dibuat dalam iterasi. Dan setelah iterasi selesai, Andi akan melakukan usability testing lagi untuk memastikan apakah desainnya sudah mudah digunakan atau belum. Demikianlah proses yang Andi lewati untuk melakukan usability testing.

Lalu pertanyaannya, berapa kali Andi harus melakukan usability testing untuk memastikan desainnya sudah benar-benar mudah digunakan?

Tujuan usability testing adalah mencari permasalahan di bagian alur utama sebuah produk. Jadi jika alur tersebut dirasa sudah mudah digunakan, maka Andi tidak perlu dilakukan usability testing lagi.


Community Post Tech in Asia Indonesia merupakan wadah bagi para profesional yang senang membuat konten, untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar ekosistem startup, teknologi, dan profesional. Isi di dalam artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

(Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Medium Insight Design dalam bentuk artikel serial. Isi di dalamnya telah disesuaikan dengan standar editorial Tech in Asia Indonesia. Diedit oleh Septa Mellina; Sumber gambar: Tarasloan)

TIA Writer

Dwinawan Hariwijaya

Product Designer at Paperpillar| Former UI Designer at Traveloka

Kamu sedang membaca artikel gratis terakhir untuk bulan ini. Daftar atau masuk untuk membaca lebih banyak.